Selasa, 11 Juni 2013

STATUS ANAK DALAM KELUARGA DILIHAT DARI PERKEMBANGAN SOSIALNYA


Status anak juga berperanan sebagai suatu faktor yang dapat memengaruhi perkembangan sosial dalam keluarganya. Yang di maksud status anak adalah misalnya status anak sebagai anak tunggal, anak sulung, atau anak bungsu diantara saudara-saudaranya. Mengenai status anak terhadap perkembangan sosial, belum diperoleh keterangan eksperimental yang cukup, namun kami ringkaskan hasil beberapa penelitian berikut ini 
  1. Peranan status anak tunggal dalam keluarga telah dilakukan penelitian oleh Hermann, Leipzig, 1939 (12), yang meneliti 100 orang anak tunggal dengan membandingkannya dengan 100 orang anak yang berkakak adik, yaitu dengan cara angket dan analisis dari laporan kepribadiannya. Menurut peneliti tersebut, yang pertama dirugikan pada perkembangan anak tunggal itu adalah hal-hal mengenai “perasaan aku” di dalam dirinya. Ia memeroleh hasil bahwa anak-anak tunggal dibandingkan dengan anak-anak yang bersaudara biasanya sangat egois, mencari penghargaan dirinya dengan berlebihan dan sebagainya. Demikian juga anak tunggal memiliki keinginan untuk berkuasa yang berlebihan. Disamping itu mereka mudah sekali dihinggapi perasaan rendah diri. Seorang peneliti lainnya, Cattell (2), New York, 1950, berpendapat bahwa orang-orang yang berkembang sebagai anak tunggal kerap kali memerlihatkan sifat-sifat infantilisme (kekanak-kanakkan) yang menyatakan dirinya cetus-cetusan amarah yang bukan-bukan, tetapi pada pihak lain anak tunggal itu lebih mudah mengorientasi dirinya kepada orang-orang dewasa dan kepada cita-cita serta sikap pandang orang dewasa. Nyata bahwa status anak tunggal dalam keluarga mempunyai pengaruh-pengaruh tertentu terhadap perkembangan sosialnya. Peranan pada umumnya bercorak negatif sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa orang tua yang hanya memiliki seorang anak menghadapi tugas pendidikan yang khas dan yang berbeda dan lebih berat daripada tugas pendidikan anak-anak yang bersaudara. Jelaslah bahwa anak-anak tunggal itu mengalami hambatan dalam perkembangan sosialnya, karena ia tidak biasa setiap hari bergaul dengan anak-anak sebaya dalam interaksi kelompok kekeluargaan yang sangat ia perlukan.
  2. Mengenai peranan status anak sulung di dalam keluarga, Cattell berpendapat bahwa anak sulung tersebut kurang aktif dan kurang berusaha dibandingkan anak yang kedua yang justru sangat giat dan berambisi. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa anak pertama biasanya memiliki perasaan “dihargai dan diperhatikan oleh orang tua” yang lebih besar daripada anak yang kedua dan seterusnya. Sedangkan anak yang berikutnya biasanya justru merasa bahwa ia harus bergiat untuk memeroleh penghargaan dan perhatian orang tuanya yang sama besarnya seperti yang diperoleh kakak pertama. Hal itu akan diperjuangkannya sehingga ia tampak lebih aktif, giat, dan berambisi dalam tingkah lakunya daripada kakak sulungnya. Terlebih-lebih hal ini berlaku apabila jumlah saudaranya kecil, misalnya tiga orang.


Sumber referensi :
Gerungan, W. A. 2009. Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar